Adat, Tradisi dan Budaya

√ Rumah Adat Sunda di Jawa Barat Keunikan, Gambar, dan Sketsa

×

√ Rumah Adat Sunda di Jawa Barat Keunikan, Gambar, dan Sketsa

Sebarkan artikel ini
Rumah Adat Suku Sunda

Rumah adat sunda di masyarakat sunda buhun (kuno) dikenal beberapa jenis bangunan rumah adat, Dahulu bentuk bangunan rumah adat sunda ini berupa panggung yang kaki-kakinya terbuat dari batu persegi (balok) atau disebut batu tatapakan. Sedangkan untuk tiangnya mengunakan kayu, dan bagian lantainya menggunakan palupuh (talupuh) atau papan kayu dari bambu, serta dindingnya menggunakan anyaman bambu atau bilik maupun papan kayu.

Secara tradisional, rumah orang sunda berbentuk panggung dengan ketinggian 0,5 meter sampai dengan 0,8 meter atau 1 meter di atas permukaan tanah. Pada rumah-rumah yang sudah tua usianya, tinggi kolong bisa mencapai 1,8 meter. Kolong ini sendiri biasanya digunakan untuk tempat mengikat binatang-binatang peliharaan seperti sapi, kuda, atau untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak, garu dan lain sebagainya.

Advertise By Adsense
Advertise By Adsense

Baca juga: Fungsi alat musik tradisional angklung dan jenis-jenisnya

Untuk menaiki rumah, disediakan tangga yang biasa disebut dengan Golodog yang dibuat dari kayu ataupun bambu, yang biasanya terdiri tidak lebih dari tiga anak tangga. Golodog bisa berfungsi juga untuk membersihkan kaki sebelum seseorang naik ke dalam rumah.

Rumah Adat Sunda
Rumah Adat Suku Sunda

Rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama yang berbeda-beda tergantung dari bentuk suhunan atau atap dan pintu rumahnya. Secara tradisional, ada beberapa nama-nama jika dilihat berdasarkan dari bentuk suhunan atau atapnya yaitu:

Bentuk rumah Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay, Perahu Kemureb, Jubleg Nangkub, Buka Pongpok, Calopon, Capit Gunting, dan Adat Kesepuhan. Dari semua rumah adat itu, bentuk suhunan Jolopong adalah bentuk yang paling sederhana dan banyak dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di desa-desa.

Keunikan Bentuk rumah adat sunda di jawa barat beserta gambar dan Sketsanya

Berikut adalah keunikan dari bentuk-bentuk rumah adat sunda buhun yang ada di jawa barat berdasarkan nama dari bentuk suhunan atau atap yang sudah disebutkan diatas beserta gambar dan Sketsanya dibawah ini.

1. Bentuk Rumah Adat Julang Ngapak

(Atap suhunan yang berbentuk burung yang sedang mengepakkan sayapnya)

Bentuk Rumah Adat Julang Ngapak
Sumber gambar: dearchitectblog.wordpress.com

Jika dilihat dari bagian depan, bentuk atap dari bangunan rumah adat sunda julang ngapak ini akan terlihat seperti menyerupai sayap burung yang sedang terbang, yang pada bagian sisinya melebar kesamping. Dibagian atas akan terdapar juga cagak gunting atau biasa disebut sebagai capit hurang, bagian ini selain berfungsi sebagai pencegah agar air tidak merembes kebagian dalam rumah juga sebagai lambang kesatuan antar rumah dengan alam dan jagat raya berdasarkan kepercayaan adat orang sunda.

Baca Juga: Ciri Ciri Lagu Daerah atau Musik Tradisional dan Pengertiannya

Suhunan bagian atas tersebut terbuat dari daun alang-alang atau bisa juga menggunakan rumbia serta ijuk yang kemudian di ikat dengan menggunakan tali yang terbuat dari bambu di setiap bagian-bagian atas pada setiap rangka pada susunan atau atap rumah. Bentuk rumah seperti ini masih bisa dijumpai di kampung naga kabupaten tasikkabupaten tasik dan kampung dukuh, kuningan, dan beberapa daerah lain di jawa barat.

2. Bentuk Rumah Tagog Anjing

(Bentuk atap yang menyerupai anjing yang sedang duduk)

Bentuk Rumah Tagog Anjing
Sumber gambar: facebook.com/Ade NurulHaq

Jika diperhatikan bentuk bangunan rumah adat tagog anjing ini seakan menyerupai seekor anjing yang sedang duduk. Bentuk suhunannya memiliki dua bidang atap yang berbatasan pada garis, pada atap depan sedikit lebih lebar jika dibandingkan dengan atap belakang atau atap lainnya.

3. Bentuk Rumah Badak Heuay

(sikap badak yang sedang menguap)

Bentuk Rumah sikap badak yang sedang menguap

Bentuk Rumah Badak Heuay
Badak heuay modern via: twitter.com/kuragaarsitek

Bentuk bangunan rumah adat ini seperti saung yang tidak memakai sambungan atap depan dan belakang jika diperhatikan seperti badak yang sedang membuka menguap (heuay). Bentuk rumah ini hampir mirip dengan tagog anjing. Bedanya hanya pada bagian atap belakang, bidang atap ini langsung lurus ke atas melewati batang suhunan sedikit, bidang atap yang melewati suhunan ini dinamakan rambu. Bentuk bangunan rumah adat ini dapat kita temui di pemukiman penduduk seperti didaerah Sukabumi.

4. Bentuk Rumah Adat Jolopong

Bentuk Rumah Adat Jolopong

Bentuk atap atau suhunan berbentuk jolopong ini juga sering disebut suhunan jeoang atau suhunan panjang. Jolopong adalah istilah yang berarti tergolek lurus, bentuk bangunan rumah adat sunda jolopong ini bisa dikatakan cukup tua, sebab bentuk bangunan ini terdapat pada bentuk atap saung atau dangau. Bentuk bangunan ini hanya memiliki 2 bagian atap, pada kedua bagian suhunan atau atapnya hanya dipisahkan oleh jalur suhunan yang berada di tengah bangunan rumah.


Batang pada atap sama panjangnya dan juga sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap yang bersebelahan. Sedangkan pasang sisi lainnya lebih pendek dibanding dengan suhunan dan memotong tegak lurus kedua ujung suhunan itu, dengan demikian di kedua bidang atap itu berwujud dua buah bentukan persegi panjang. Bentuk rumah seperti ini bisa ditemukan di Kampung Dukuh, Kabupaten Garut.

Selengkapnya: Rumah Adat Jolopong, Suhunan dan Fungsi Setiap Ruangan

5. Bentuk Rumah Parahu Kumureb (perahu tengkurap)

Bentuk Rumah Parahu Kumureb (perahu tengkurap)

Bentuk bangunan parahu kumureb atau dalam bahasa indonesianya perahu tengkurap ini memiliki empat buah bidang dibagian atapnya, diantaranya dua bidang atap sama luasnya dengan bentuk trapesium sama kaki, dua atap yang lainnya berbentuk segitiga sama kaki dengan kedua titik pada bagian ujung suhunan akan menjadi titik-titik puncak segitiga tersebut. Bentuk bangunan rumah seperti ini bisa kita temukan di Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis.

Bentuk Rumah Adat Sunda Capit Gunting

Bentuk Rumah Capit Gunting
Sumber gambar: https://id.wikipedia.org

Bentuk atap rumah bangunan Capit Gunting merupakan salah satu nama dari bentuk atap rumah masyarakat Sunda pada zaman dahulu, nama susuhunan ini terkadang disebut juga sebagai Undagi.

Bahan dari atap Capit Gunting menggunakan kayu atau bambu yang dibuat bercagak atau bercabang seperti layaknya gunting yang akan menjepit.

Bentuk Rumah adat kesepuhan

Bentuk Rumah adat kesepuhan

Bentuk Rumah adat kesepuhan cukup terkenal di masyarakat sunda di Jawa Barat. Rumah adat Kasepuhan ini bisa disebut juga sebagai Keraton Kasepuhan. Awalnya bangunan rumah adat ini Didirikan oleh Pangeran Cakrabuana, sekitar tahun 1529.

Sketsa Rumah Adat Sunda


Sketsa bentuk pada rumah adat sunda dapat dilihat dalam bentuk atapnya yaitu dibangun menjadi tiga pola, seperti rarangki tukang, rarangki pondok dan rarangki pendek. Berikut penjelasan mengenai susunan 3 pola tersebut, antara lain adalah:

1. Rarangki tukang (Adalah atap yang terdapat pada bagian belakang yang agak panjang)

2. Rarangki pondok (Adalah atap bagian tengah yang bentuknya lebih pendek)

3. Rarangki panjang (Adalah atap bagian depan yang bentuknya terpanjang)

Denah Rumah Adat Sunda

Denah Rumah Adat Sunda
gambar oleh: yariesandi.wordpress.com

Dibagian bawah pada setiap rarangki atap-atap rumah tersebut memiliki pembagian ruangan-ruangan tertentu. Di bawah bagian rarangki tukang misalnya, disinilah terdapat ruang perempuan (parak) yang identik dengan dunia atas perempuan. Di sini juga biasanya akan disimpan goah atau tempat beras yang sakral.

Pada bagian bawah rarangki pondok (dunia tengah) akan terdapat ruang keluarga. Sedangkan di bawah rarangki panjang akan terdapat ruang tepas dan sasaro, yakni ruangan “Luar” misalnya untuk menerima tamu orang-orang luar.

Baca juga: Pernikahan Adat Sunda Tradisional

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada ruang belakang bersifat perempuan, ruang depan bersifat lelaki sedangkan ruang tengah bersifat campuran.

Di antara ruang tengah dan ruang belakang di bagian dalam terdapat tiang-tiang yang menjulang dari tanah ke atas bubungan atap, yang berarti pohon hayat atau pilar kosmik yang menghubungkan tiga dunia kosmik, dunia atas, dunia tengah, dunia bawah. Tiang-tiang tersebut juga bersifat lelaki dan perempuan.

Sistem pembagian pada ruangan tempat tinggal rumah-rumah adat sunda, dapat dihubungkan dengan pandangan masyarakat mengenai kedudukan dan fungsi dari masing-masing anggota keluarga dan penghuni rumah tersebut.

Kosmologi Bentuk Rumah Adat Sunda

Kosmologi Bentuk Bangunan Rumah Sunda

Wikipedia.orgKosmologi adalah cara pandang filosofis orang Sunda tentang dirinya, alam lingkungan, serta Tuhannya. Kosmologi Sunda terbentuk dari kata Kosmos, logos dan Sunda. Kata Sunda mengacu tempat dimana Kosmologi berada.

Dalam kosmologi Rumah adat Sunda, dibagi menjadi kategori “Depan” dan “Belakang” yang berarti lelaki dan perempuan. Di samping itu ada juga pembagian “Kiri” dan “Kanan”, kiri berarti lelaki dan kanan berarti perempuan.

Dalam budaya masyarakat Sunda buhun, perempuan menduduki derajat paling tinggi. Bagian rumah belakang dan paling kanan adalah bagian perempuan, sedangkan bagian depan dan paling kiri adalah bagian lelaki. Berikut adalah pembagian berdasarkan dari 3 daerah yang terpisah berdasarkan penggunaannya :

1. Daerah wanita

2. Daerah laki-laki

3. Daerah netral (dipergunakan bagi wanita dan juga laki-laki)

Contohnya ruangan dapur hanya dipergunakan untuk keperluan memasak makanan dan untuk keperluan seluruh keluarga, ruangan ini dipergunakan juga khusus bagi wanita, yang terdiri atas istri ataupun anak perempuannya.


Makanan yang telah dimasak diambil untuk disediakan oleh wanita dan anak perempuannya untuk dimakan bersama-sama. Untuk keperluan yang penting saja, laki-laki dapat masuk ke ruangan ini, misalnya untuk mengambil makanan pada saat istri dan anak perempuannya bekerja di ladang.

Selain dapur, goah (tempat beras yang sakral) juga merupakan ruangan untuk wanita. Dalam goah ini disimpan padi dalam bentuk gabah yang biasa diberi sesajen untuk menghormati Ibu Padi yaitu Nyai Dewi Sri, yang dibuat biasanya oleh wanita.

Ruangan depan, adalah ruangan untuk laki-laki. Biasanya ruangan ini tanpa dinding, sehingga orang luar dapat langsung berjalan ke ruangan tersebut.

Pada umumnya yang disebut ruangan netral adalah ruangan tengah yang disebut “Tengah imah” ruangan ini dipergunakan baik untuk wanita, laki-laki, orangtua maupun anak-anak mereka.

Pembagian ruangan rumah adat sunda

Kamar orang tua berada di bagian belakang (untuk anak-anak berada di depan), maksudnya agar anak-anak tetap terawasi oleh orang tuanya.
Ruangan goah biasanya berada di bagian kiri dalam rumah, atau bersebelahan dengan dapur, untuk memudahkan pengambilan beras yang akan dimasak.
Ruangan tengah merupakan ruangan terbuka, seorang dapat langsung masuk menuju ke ruangan dapur yang berhubungan dengan tangga menuju ke tanah.

Keunikan, dan Kesimpulan :

Hampir setiap bangunan rumah di masyarakat sunda terdahulu semua bagian bangunan rumahnya sangat jarang ditemui alat bangunan modern seperti yang kita ketahui saat ini seperti paku, besi dan yang lainya.

Untuk penguat antar tiangnya pun masih menggunakan tali dari ijuk atau dari sabut kelapa, dan paseuk yang terbuat dari bambu, sedangkan untuk bagian suhunan atau atapnya yang digunakan sebagai penutup rumahnya hanya menggunakan daun kelapa, ijuk, atau daun rumbia, jadi rumah adat Sunda ini sangat jarang menggunakan genting.

Keunikan lainya adalah mengenai material dindingnya yang digunakan yang menggunakan bahan bambu atau bilik yang tipis sedangkan untuk lantainya berbentuk panggung yang terbuat dari papan kayu atau palupuh.

Bila dilihat dari segi filosofisnya, rumah adat tradisional milik budaya masyarakat sunda di jawa barat ini mempunyai nilai pemahaman keselarasan antar alam yang sangat tinggi, seperti dari segi nama suhunan atau atap rumah adat sunda yang ditunjukan untuk menghormati alam, dan lingkungan yang ada di sekitarnya.