Kaulinan barudak

Permainan dan Lagu Bubuyungan Barudak Baheula dan Manfaatnya

×

Permainan dan Lagu Bubuyungan Barudak Baheula dan Manfaatnya

Sebarkan artikel ini

Nama permainan ini sama dengan judul lagunya yaitu permainan bubuyungan. Kawih bubuyungan merupakan lagu pengiring dari permainan anak-anak yang terdapat pada masyarakat Sunda, khususnya di daerah Garut. terkadang  lagu ini juga dinyanyikan tanpa suatu permainan, jadi sebagai nyanyian untuk menghibur diri diwaktu luang saja.

Lilik kakawihan bubuyungan

Advertise By Adsense
Advertise By Adsense

Buyungna kosong
ayeuna dieusian
nu mana nu dieusi
kuring teu nyaho
duka ….. duka
pek teguh sing kapanggih
pek teguh sing kapanggih …. hoyah !

Artinya:

Buyungna kosong
sekarang diisi
yang mana yang berisi
aku tak tahu
entah …. entah
tebaklah sampai dapat
tebaklah sampai dapat . ….. ayoh !

Kata “Bubuyungan” merupakan kata benda jenis dwipurwa yang asal katanya “buyung” yang artinya tempayan, yaitu tempat air yang dibuat dari tanah liat. Kata tersebut mempunyai arti seolah-olah seperti buyung. Jadi, buyung (tempayan) dalam permainan ini adalah anak-anak pelaku permainan itu sendiri.

Cara Bermain Permainan Kaulinan Bubuyungan

Cara Bermain Permainan Kaulinan Bubuyungan

Adapun cara memainkannya, biasanya anak-anak yang berumur antara 6 sampai 12 tahun yang kira-kira berjumlah 10 orang anak. Dan kesepuluh anak tersebut kemudian membagi diri menjadi dua kelompok dengan masing-masing kelompok 5 orang anak.

Masing-masing kelompok tersebut memilih pimpinannya dan yang lainnya menjadi “buyung”. Selanjutnya masing-masing pimpinan kelompok tersebut melakukan undian untuk menentukan kelompok mana yang harus menjadi buyung terlebih dahulu, sedangkan kelompok lainnya akan menjadi penerka.

Alat yang diperlukan dalam permainan ini adalah dua buah kerikil sebesar kelereng, masing-masing kelompok satu buah kerikil. Kerikil itulah yang nantinya akan dimasukkan atau disimpan pada buyung (tempayan), dan kerikil ini oleh anak-anak sunda disebut gundu.

Contohnya, misalnya kelompok A menang dalam undian dan yang kalah undian adalah kelompok B, maka kelompok A harus diterka oleh kelompok B. Di sini kelompok B diuji kejeliannya untuk menerka dimana atau pada siapa gundu itu berada, dan sebaliknya kelompok A diuji kejujurannya.

Pada waktu kelompok A sedang melakukan permainan, pimpinan dari kelompok A tersebut menyanyikan lagu “bubuyungan” dengan diikuti oleh anggota kelompok A tersebut, dan selama beryanyi bersama inilah si pimpinan kelompok A mengisi “buyungnya” kepada anggota-anggotanya sambil melakukan gerakan-gerakan tipu yang dapat membingungkan lawannya, setelah nyanyian berhenti barulah diterka oleh kelompok lawan yaitu kelompok B.

Makna yang terkandung dalam permainan bubuyungan

Ilustrasi: erde-matabaru.blogspot.co.id

Bila kita simak, permainan ini mengandung nilai pendidikan, yang dalam pengembangan mentalnya diperlukan unsur kejujuran, keuletan dan kejelian. Permainan menjadi semarak karena ditunjang oleh nyanyian yang mempunyai irama gembira selaras dengan suasana permainan, juga nyanyian tersebut berkonotasi untuk menerka.

Sehingga apabila dilihat dari judul lagu “bubuyungan” seperti yang telah disebutkan di atas yakni bahwa kata “bubuyungan” mempunyai arti sesuatu yang seolah-olah seperti atau menyerupai “buyung” (tempayan).

Dilihat dari isi lagu tersebut dapat dikemukakan bahwa lagu tersebut melukiskan tentang beberapa buah buyung, tetapi salah satu di antara buyung-buyung tersebut akan diisi air, seperti dalain kata:

“Buyungna kosong, ayeuna dieusian” (Artinya: Buyungnya kosong sekarang akan diisi)

Dalam kata selanjutnya, harus diterka buyung yang mana yang berisi air tersebut:

“Nu mana nu di eusi, kuring teu nyaho, pek teguh sing kapanggih” (artinya: Yang mana yang berisi, aku tak tahu, tebaklah sampai dapat)


Walaupun kata-kata dalam lagu tersebut merupakan teka-teki tetapi lagu tersebut melukiskan suatu lagu yang memerlukan jawaban, dan jawabannya dihidupkan pada sebuah permainan anak-anak yang namanya bubuyungan jula.

Bila kita kaji baik dari isi lagu maupun permainannya, bahwa lagu tersebut sebagai pengiring permainan mempunyai persamaan yakni mengandung makna untuk melatih kejelian, kejujuran dan kecerdasan. Yang dimaksud dengan kejelian di atas adalah seorang anak harus jeli mengawasi.

Kejelian di sini sebagai suatu kewaspadaan yang harus dimiliki oleh setiap orang, karena dengan konotasinya demikian dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan kejujuran yang menjadi patokan yang utama dalam pengertiannya kejujuran terhadap orang lain.

Di sini, kejujuran diperluas dalam arti kejujuran terhadap diri sendiri adalah pengakuan dan rasa malu hati. Kalau dalam belajar, anak belum menguasai dengan baik apa yang dipelajarinya maka secara jujur ia harus mengakui kekurangan itu. Sebagai akibat dari pengakuan itu seorang anak perlu belajar Iagi.


Demikian pula dalam permainan “bubuyungan” yang diiringi dengan lagu, di sini tersirat bahwa yang ditebak harus berlaku jujur bila tertebak jangan berbohong. Karena dengan berbohong berarti ia membohongi dirinya sendiri. Dengan demikian anak yang mekiliki kejujuran berarti dalam kehidupan pergaulan akan selalu disenangi, karena “jujur” merupakan pangkal pergaulan kehidupan.

Dalam lagu ini memerlukan suatu jawaban yang seolah-olah mengatakan bahwa yang tertebak haruslah berlaku jujur. Adapun “kecerdasan” yang merupakan tuntutan didalam menangkap segala hal yang diperlukan dalam permainan ini dengan akal dan pikiran.

Tampak bahwa seorang anak yang cerdas akan selalu tanggap, cepat mengerti dan mengetahui situasi. Ini merupakan suatu kiasnan dari pesan-pesan yang terdapat di dalam lagu permainan anak-anak.

Dilihat secara keseluruhan dari syair lagu tersebut, lagu bubuyungan ini mempunyai nilai budaya luhur yang di dalamnya mengandung makna dan arti, yakni nilai pendidikan yang menjurus kepada kecerdasan seorang anak. Di sini si anak belajar berpikir dengan baik untuk memecahkan masalah.

Hal ini mungkin dapat dipelajari dan merupakan bekal sehingga bila sudah dewasa dapat belajar sendiri dan menjadi mandiri. Makna inilah yang memacu seorang anak untuk dapat mengenal hidup dalam kehidupannya.

Lagu tersebut walaupun masih digemari oleh anak-anak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di pedesaan, tetapi nampaknya sudah mulai terdesak dengan lagu-lagu yang ada pada masa kini, sehingga pada artikel kali ini diperkenalkan kembali, semoga saja dapat bermanfaat!