Bahasa & Lainnya

Pengertian Kata Majemuk Beserta Makna, Ciri dan Fungsinya

×

Pengertian Kata Majemuk Beserta Makna, Ciri dan Fungsinya

Sebarkan artikel ini
Pengertian dan ciri ciri kata majemuk

Kata majemuk adalah kata sekunder yang terdiri dan lebih dari satu bentuk bebas. Akan tetapi, perlu diberi catatan bahwa kata majemuk ini dapat pula terdiri dari bentuk bebas dan bentuk terikat yang bukan imbuhan.

Untuk mengenal kata majemuk, kita harus mengenal terlebih dahulu perbedaannya dengan frase. Persamaannya dengan frase adalah sama-sama gabungan dua kata atau lebih, yang hanya mengisi satu fungsi dalam kalimat, yakni fungsi subjek, predikat, dan keterangan.

Advertise By Adsense
Advertise By Adsense

Ciri ciri Kata Majemuk

a. Ciri Konstruksi

Sebelum dijelaskan mengenai ciri konstruksi dari kata majemuk ini, terlebih dahulu dikemukakan beberapa istilah yang dipergunakan yaitu morfem, pokok, imbuhan, kata, cakal, dan tunggul.

Menurut kedudukannya dalam pembentukan kata, morfem dapat dibedakan atas morfem pokok dan morfem imbuhan. Morfem pokok adalah morfem yang dapat digunakan sebagai dasar pembentukan kata, yang menurut statusnya dapat dibedakan menjadi morfem pokok bebas (kata) dan morfem pokok terikat atau cakal.

Morfem pokok yang dapat menjadi kata tanpa mengalami pembentukan kata dan disebut morfem pokok asal (satu kata asal), sedangkan morfem pokok yang telah mengalami pembentukan kata disebut morfem pokok turunan (kata turunan), yang terdiri dari kata berimbuhan, kata berulang, dan kata majemuk.

Morfem pokok yang berasal dari morfem pokok turunan yang dalam pembentukan kata kehilangan imbuhannya disebut tunggul. Adapun morfem imbuhan ialah morfem terikat yang dibubuhkan kepada morfem pokok dalam pembentukan kata.

Menurut komponennya, kata majemuk adalah kata turunan yang terdiri dari gabungan dua morfem pokok atau lebih, yang berupa kata dengan kata, kata dengan cakal, dan cakal dengan cakal.

Sebagian kata kata majemuk adalah morfem bebas, tetapi komponennya boleh morfem pokok bebas, boleh pula morfem pokok terikat. Adanya komponen yang berupa cakal dalam sebuah gabungan morfem pokok menjadi tanda bahwa gabungan itu sebuah kata majemuk dan bukan frase, sebab frase selalu terdiri dari morfem-morfem bebas.

Dengan demikian, salah satu ciri kata majemuk adalah bahwa komponennya mungkin cakal. Terdapat kata majemuk yang sama sekali tidak mengandung komponen kata, melainkan cakal-cakal dengan imbuhan. Di antara komponen cakal itu ada yang berupa morfem pokok yang hanya mampu berkombinasi dengan satu bentuk tertentu, yang disebut cakal unik.

Jika ditinjau dari segi status morfem komponennya, tidak semua kata majemuk dapat dibedakan dari frase, yaitu dalam hal kata majemuk yang komponennya berupa kata dengan kata. Untuk itu, harus diperiksa ciri lainnya.

Menurut urutannya, komponen-komponen kata majemuk ada yang berurutan secara sintaktis dan ada pula yang berurutan secara asintaktis. Kata majemuk asintaktis, komponennya berurutan dengan cara yang tidak mungkin menurut kaidah urutan konstituen sintaksis.

Adanya urutan yang asintaktis dalam gabungan morfem pokok menjadi tanda bahwa gabungan itu sebuah kata majemuk dan bukan frase sebab urutan demikian tidak mungkin secara sintaktis.

Jika ditinjau dari segi urutan komponennya, tidak semua kata majemuk dapat dibedakan frasenya, yaitu dalam hal kata majemuk yang urutan komponennya sintaktis. Untuk itu, harus diperiksa cirii lainnya. Sebuah kata majemuk dapat menjadi dasar pembentukan kata lebih lanjut misalnya, dalam pengulangan.

Kata majemuk apabila menjadi kata ulang ia diulang seluruhnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah sebuah gabungan morfem pokok kata majemuk atau frase dapat diuji dengan pengulangan. Akan tetapi, seperti juga dengan ciri lainnya, dengan pengulangan ini pada kenyataannya tidak selalu kata majemuk dapat dibedakan dengan frase. Oleh karena itu, harus diperiksa ciri lainnya.

Kata majemuk tentulah harus pula mengandung ciri sebagai kata. Salah satu ciri kata adalah ketidak terbagiannya, yaitu kata tidak dapat disela dengan bentuk lain. Oleh karena itu, gabungan morfem pokok yang komponen-komponennya tidak dapat disela oleh morfem lain adalah kata majemuk dan bukan frase sebab frase dapat disela oleh bentuk lain.

Kata majemuk seperti telah dikemukakan di atas dapat menjadi dasar pembentukan kata lebih lanjut, antara lain dalam pengimbuhan. Pengimbuhan itu dikenakan bukan kepada salah satu komponennya, melainkan kepada keseluruhannya. Oleh karena itu, apabila kata majemuk mendapat imbuhan, dan imbuhan itu dibubuhkan pada awal dan atau akhir kata majemuk itu.

Pengimbuhan secara demikian itu mungkin pula digunakan untuk menandai kata majemuk walaupun  dalam pembedaan dengan frase tidak dapat diterapkan sepenuhnya. Komponen-komponen kata majemuk banyak yang berbentuk morfem pokok asal dan bukan kata turunan, sedangkan dalam frase kata turunan sering digunakan.

Jadi, ketidak adaan imbuhan pada gabungan morfem pokok mungkin menandakan bahwa gabungan itu kata majemuk. Susunan konstituen-konstituen dalam konstruksi morfologis hampir Selalu tetap, yakni tidak mengizinkan variasi konotatif seperti dalam konstruksi sintaktis.

Kata majemuk sebagai hasil suatu proses morfemis, dan bukan proses sintaktis, mempunyai susunan komponen yang terpadu berupa susunan yang sudah tetap, yaitu XY tidak dapat diubah menjadi YX, atau kedua susunan itu terdapat, tetapi XY berbeda dengan YX.

Terdapatnya susunan yang padu pada suatu gabungan morfem pokok menunjukkan bahwa kemungkinan gabungan itu adalah sebuah kata majemuk. Susunan komponen-komponen kata majemuk itu tidak sepenuhnya produktif, ia berbeda dengan susunan frase yang anggota-anggotanya berhubungan secara sintagmatis dan dapat diganti oleh anggota paradigmatiknya.

Komponen-komponen kata majemuk yang tidak dapat disela dan susunannya padu itu tidak dapat diperluas. Perluasan bukan berkenaan dengan komponennya masing-masing melainkan berkenaan dengan kata majemuk itu keseluruhannya. Berbeda dengan frase, perluasan itu dapat berkenaan dengan masing-masing anggotanya.

Jika sebuah gabungan morfem pokok tidak dapat diperluas anggotanya, ada kemungkinan gabungan itu sebuah kata majemuk. Demikianlah cara yang dapat dilakukan untuk membedakan kata majemuk dengan frase jika ditinjau dan segi konstruksinya. Untuk menemukan kata majemuk tidaklah perlu pengujian dengan semua cara itu.

Sebuah kata majemuk mungkin ditemukan dengan dua atau tiga cara, sedangkan kata majemuk lain ditemukan dengan cara lain lagi. Cara mana pun di antara cara-cara yang sudah dijelaskan di atas yang digunakan dapat menghasilkan kata majemuk dengan ciri konstruksi.

b. Ciri Fungsi

Ciri fungsi ini pun digunakan untuk membedakan kata majemuk dengan frase. Anggota-anggota pada frase dapat berfungsi sebagai aktor dengan aksi, substansi dengan sifat, hubungan tempat, sub-ordinatif, dan aksi dengan sasaran.

Fungsi-fungsi itu dapat diperinci lebih lanjut seperti berbagai fungsi aneksi; pada aneksi substantif terdapat fungsi subjektif, objektif, lokatif, posesif, atributif, partitif, final, original, komparatif, dan instrumental; pada aneksi ajektif terdapat fungsi ajektif, predikatif, dan substantif.

Komponen-komponen kata majemuk satu sama lain tidak berfungsi seperti frase itu. Ada tiga jenis persenyawaan (kata majemuk), yaitu:

(1) persenyawaan kopulatif atau gabung, yang komponen-komponennya seharga. Jadi, tidak saling menentukan tetapi membentuk suatu persambungan.

(2) persenyawaan determinatif atau yang menentukan, yaitu mengandung perhubungan kasus, menjelaskan, dan mensifatkan.

(3) persenyawaan posesif atau yang mengandung arti kepunyaan. Fungsi persenyawaan seperti ini dapat digunakan untuk membedakan kata majemuk dengan frase.

c. Ciri Semantik

Kata majemuk mengandung satu makna yang tidak dapat diramalkan berdasarkan arti komponen-komponennya. Ciri semantik inii sering ditekankan. Dengan ciri semantik saja akan terdapat lebih banyak kata majemuk. Oleh karena itu, ciri semantik semata tidak memadai untuk membedakan kata majemuk dengan frase.

Dan seperti yang dikatakan oleh Verhaar (tokoh bahasa indonesia asal belanda), berbahaya bila kita percaya pada pertimbangan semantis semata-mata, tanpa memperhatikan apa yang dapat kita tentukan tentang bentuk ujaran yang bersangkutan.

Demikianlah, ciri semantik inii harus digunakan bersama-sama dengan ciri konstruksi dan fungsi. Fungsi Pemajemukan Menurut komponennya terdapat kata majemuk dengan susunan kata benda dengan kata benda, kata benda dengan kata kerja, kata sifat dengan kata benda, kata sifat dengan kata sifat, kata kerja dengan kata kerja.

Pemajemukan itu dalam pembentukan kata berfungsi untuk menghasilkan kata yang jenisnya berbeda dengan salah satu atau kedua komponennya. Pemajemukan yang tidak menghasilkan jenis kata yang berbeda dianggap tidak berfungsi.

Makna Pemajemukan

Pemajemukan menghasilkan satu arti semantik yang baru yang tidak dapat diramalkan dari arti kata komponennya. Arti baru itu ditinjau dan hubungannya dengan arti komponen-komponennya mungkin menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1) arti baru itu tak dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponen.

2) arti baru itu dapat diketahui hubungannya dengan satu komponen.

3) arti baru itu dapat diketahui hubungannya dengan kedua komponen.

Nah, mungkin itu saja mengenai penjelasan tentang pengertian, ciri ciri, makna dan fungsi dari kata majemuk, serta perbedaannya dengan frase beserta ciri dari komponennya. Semoga dapat bermanfaat sebagai referensi.


1. Perpustakaan pusat pembinaan dan pengembangan bahasa (Yus Rusyana, Iyo Mulyono, Sutedja Sumadipura, dan Zainal Arifin)
2. Ramlan, M. 1967. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi Yogya: J.P. Indonesia.
3. Robins, 1971. General Linguistics an Introductory Survey. London: Longman Group.
4. Sastrahadiprawira, R. Memed. 1930. Pangeran Kornel. Jakarta: Bale Pustaka.