Rupa-Rupa Permainan Kaulinan Barudak Lembur Untuk Pendidikaan Non-Formal

Sebagai upaya dalam melestarikan kebudayaan sunda seperti permainan anak tradisional misalnya, adalah dengan cara mendirikan sebuah komunitas pecinta budaya, sebagai salah satu upaya dalam pelestarian kaulinan barudak sunda di jawa barat, agar dapat dicontoh oleh anak-anak terutama permainan yang memiliki sifat edukatif.

Berbicara mengenai konsep pelestarian budaya kaulinan barudak, pelestarian permainan tradisional barudak lembur dapat dilakukan dengan dua konsep seperti dibawah ini, yaitu:

  • Cultural Experience

Yaitu suatu upaya dalam pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara melibatkan masyarakat secara langsung ke dalam sebuah pengalaman kebudayaan. Untuk melestarikan permainan sunda, maka dianjurkan untuk belajar dan berlatih permainan terlebih dahulu.

Selain ikut terlibat langsung dalam proses berlatih, masyarakat atau anak-anak pun harus dibekali dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah permainan tersebut.

  • Cultural Knowledge

Adalah pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang bisa difungsikan sebagai pusat belajar masyarakat. Pada dasarnya pusat informasi ini bertujuan untuk edukasi kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri.

Variasi Dalam Permainan Tradisional (Kaulinan Barudak Lembur)

Permainan (Sunda: Kaulinan) tradisional anak-anak adalah salah satu bentuk permainan atau game ini yang berkembang secara lisan berbentuk tradisional yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Permainan tradisional sunda memiliki banyak variasi. Oleh karena itu, permainan ini termasuk folklore memiliki sifat atau sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya, dan dari mana asalnya.

Biasanya permainan ini disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun pada dasarnya sama saja permainannya. Jika dilihat dari tujuannya, permainan tradisional tidak lain hanyalah untuk mendapatkan kegembiraan.

Baca juga: 50 Kaulinan Barudak Sunda Fungsi dan Manfaatnya

Sifat dan Golongan dalam Permainan Tradisional Sunda

Dilihat dari jenisnya, permainan tradisional sunda dapat dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu diantaranya adalah:

  1. Permainan untuk bermain (rekreatif),
  2. Permainan untuk bertanding (kompetitif)
  3. Permainan yang bersifat edukatif.

Permainan Rekreatif

Permainan anak tradisional sunda yang bersifat rekreatif pada dasarnya dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang atau waktu senggang mereka saja.

Permainan Kompetetif

Permainan yang bersifat kompetitif memiliki ciri-ciri anatara lain adalah:

  • Terorganisasi
  • Bersifat kompetitif
  • Dimainkan paling sedikitnya oleh dua orang

Permainan ini mempunyai kriteria yang dapat menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, serta mempunyai peraturan yang harus diterima bersama oleh para pesertanya.

Baca juga: Fungsi Lagu (Kawih, Tembang) Untuk Pembentukan Karakter Anak 

Permainan Edukatif

Sedangkan permainan tradisional sunda yang bersifat edukatif memiliki unsur pendidikan di dalamnya. Melalui permainan ini anak-anak diperkenalkan dengan berbagai macam keterampilan dan kecakapan yang nantinya akan mereka perlukan dalam menghadapi kehidupan sebagai anggota masyarakat.

Inilah bisa dijadikan sebagai salah satu bentuk pendidikan yang bersifat non-formal, selain itu melalui permainan-permainan jenis ini juga dapat menjadi alat sosialisasi bagi anak agar mereka kelak dapat menyesuaikan diri sebagai anggota kelompok sosialnya.

Permainan Anak Tradisional Barudak Lembur Sunda Baheula

Berikut ini adalah beberapa contoh permainan anak-anak atau yang disebut dengan kaulinan urang lembur tradisional tersebut, yang sifatnya reaktif, kompetitif, dan edukasi yang dapat dimainkan secara bersama-sama baik oleh laki-laki ataupun perempuan.

Permainan Galah

Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki, tapi bisa juga dimainkan oleh tim campuran laki-laki dan juga perempuan.

Cara bermain permainan galah yaitu dimulai dari membuat garis-garis penjagaan, bisa dengan menggunakan kapur layaknya seperti lapangan bulu tangkis, bedanya tidak ada garis yang rangkap.

Setelah itu, para pemain membagi menjadi dua tim, satu tim bisa terdiri dari 3 sampai 5 atau bisa disesuaikan dengan jumlah peserta permainan.

Satu tim akan menjadi “tim jaga” sedangkan tim satunya menjadi tim “tim lawan“. Anggota tim yang mendapat “jaga” akan mendapat giliran menjaga lapangan, yaitu menjaga garis batas horizontal dan ada juga yang menjaga garis batas vertikal.

Pemain yang menjaga garis horizontal tugasnya yaitu berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batasnya. Sedangkan bagi pemain yang mendapatkan tugas menjaga garis batas vertikal maka tugasnya yaitu menjaga keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan.

Nah, tim yang menjadi “tim lawan” harus berusaha melewati baris ke baris hingga baris paling belakang tersebut, kemudian kembali lagi melewati penjagaan hingga sampai ke baris awal.

Para pemain tim lawan harus bisa masuk ke garis (kalang), dengan cara tidak tersentuk (katoél) oleh tim jaga. Jika salah satu anggota tim lolos dari penjagaan maka tim tersebut dikatakan pemenangnya, dengan mengatakan “ASIN”. Permainan ini disebut juga sebagaj galasin sebagai singkatan dari “galah” dan “asin”.


Lokasi bermain galah ini biasanya dimainkan di sekitaran halaman atau (buruan). Sedangkan ukuran kalang dibuat berdasarkan pertimbangan para peserta.

  1. Ukuran garis disesuaikan dengan luas lokasi atau tempat dimana permainan tersebut akan dimainkan.
  2. Ukuran garis lapangan dibuat sesuai dengan kesepakatan kedua tim, semakin kecil garis semakin menunjukkan kualitas tim ketika bermain.
Permainan Baren

Permainan satu ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki dan anak perempuan. Biasanya kalau ada tantangan dari tim perempuan, tim laki-laki akan melawannya, atau bisa juga dimainkan dengan tim campuran laki-laki dan perempuan.

Permainan ini dimulai dengan membuat “garis” sebagai wilayah kalang tim, bentuknya berbeda dengan kalang di kaulinan galah. Dalam kaulinan ini diberi sebatas garis pembatas sebagai titik tolak dan titik balik tim, yang terkejar dan tersentuh (nu kaberik jeun nu katoél) dimanapun tempatnya, maka itu dinyatakan kalah.

Yang tersentuh nantinya akan ditahan di depan “kalang” atau garis lawan, baru bisa dilepas ketika mereka yang ditahan bisa disentuh oleh salah satu tim temannya, bagaimanapun caranya.

Jarak antara garis “kalang” sendiri umumnya berjarak 50 sampai 100 meter. Pola permainannya saling mempermainkan “oconan” antara perwakilan dari masing-masing tim, Salah satu tujuannya adalah melatih serta menguji ketangkasan kolekif dan individu serta kerjasama tim.

Ciri kemenangan dari permainan ini adalah dengan menginjak lingkaran yang ada di garis “kalang lawan” dengan berteriak “Gooll…!“. Permainan ini biasanya dimainkan di sekitaran halaman rumah (buruan imah).

“Permainan Éncrak”

Permainan ini ada dua jenis, yaitu éncrak alung dan éncrak capit atau jepit. Pada encrak alung (lempar) masing-masing dari anggota tim memiliki batu “Kejo” yang merupakan batu jagoannya yang utama sebagai pelempar (pangalung).

Sedangkan pada permainan éncrak capit atau jepit tidak menggunakan batu alung, tapi hanya cukup dengan menggunakan tangan. Ada yang mengepalnya dengan kedua jemari telunjuk dan menjepit batu yang dipilih atau pura-pura kepiting (keukeuyeupan).Caranya yaitu: Jemari ditekuk dan kemudian ditumpuk membentuk seperti kaki kepiting sedangkan jari telunjuk dan ibu jari berfungsi sebagai penjepitnya.

Encrak Alung
Permainan encrak alung ini fokusnya merupakan kaulinan anak perempuan, jarang sekali anak laki-laki yang memainkan permainan ini.
Sifatnya beregu dan sebelum bermain mereka akan mencari dulu batu di sekitaran rumahnya, atau yang rajin bermain permainan ini biasanya sudah memiliki koleksi batu tersendiri termasuk batu pangalung yang merupakan batu yang dipilih dari sekian batu yang ada.
Sistem bermain ini diawali dengan membentuk kelompok dengan cara “suitan” atau “hompimpah“, setelah tim terbagi menjadi dua kelompok maka masing-masing kelompok akan segera memilih sang ibu “Sang Indung” sebagai pemimpin dari kelompoknya.
Éncrak Jepit

Hampir sama dengan éncrak alung, encrak jepit juga merupakan kaulinan anak perempuan, jarang sekali anak laki-laki memainkan kaulinan ini. Sifat permainan ini beregu dan sebelum bermain mereka mencari dulu batu atau yang rajin biasanya sudah memiliki koleksi batu.

Pola permainannya sama dengan encrak alung, namun pqda kaulinan éncrak capit ini tidak menggunakan batu alung, tapi cukup dengan mengepal dengan kedua jemari telunjuk dan menjepit batu yang dipilih dengan membentuk seperti kaki kepiting dan jari telunjuk dan ibu jari berfungsi sebagai penjepitnya.

Permainan Béklen

Permainan béklen merupakan permainan anak perempuan, jarang sekali ada anak laki-laki memainkan permainan ini. Bola béklen adalah bola karet yang berukuran kecil dulunya permainan ini menggunakan media tutup botol limun (Kewuk).

Kewuk atau tutup limun yang tadinya berserakan (diacak-acak) setelah di dihamparkan harus diambil satu persatu sambil mengalungkan bola.

Di babak selanjutnya ada yang disebut “mi tangkub” arau giliran telungkup dan “mi nagkarak” atau giliran telentang, begitulah seterusnya. Lokasi bermain béklen ini biasanya di teras-teras rumah.

Permainan Tak-takan

Permainan ini khusus untuk anak laki-laki, dan permainan ini merupakan permainan beregu atau tim. Pemilihan anggota tim dilakukan dengan suit atau hompimpah.

Dari masing-masing anggota regu akan memilih pasangan lawan yang cocok dengan dirinya. Setelah itu mereka akan langsung saling serang, sesuai dengan lawannya masing-masing.

Wilayah serangan (yang boleh menjadi sasaran) dari tak-takan (mirip pedang-pedangan) ini dari bagian pinggang ke kaki. Ketika betis terkena pecutan pedang maka dia kalah, begitu lah permainan ini berlangsung sampai ada pemenangnya.

Di akhir permainan, ada yang “diarak” sebagai orang yang dijagokan, yaitu anggota tim yang tidak terkalahkan atau orang yang tidak pernah terkena pecutan pedang lawan.

Lokasi yang dipakai untuk bermain tak-takan ini biasanya di tempat lapang, seperti lapangan yang ada buruan lembur, atau sawah sehabis panen yang dekat dengan lembur (perkampungan penduduk), karena permainan tak-takan perlu halang rintang, perlu tempat bersembunyi dan tameng.

Oleh karena itu, wilayah permainan ini memerlukan tempat yang luas, keliling lembur atau saling serang antara kampung, sehingga masing-masing memiliki strategi, baik tempat berlindung atau pun tempat menyerang.

Permainan Momoroan

Permainan ini merupakan salah satu kaulinan khusus anak laki-laki. Permainan ini titik beratkan kepada keterampilan dalam menirukan suara-suara hewan pemburu dengan menggunakan daun salak untuk membunyikannya.

Permainan ini merupakan permainan rampak musikal dari suara yang dihasilkan antara ujung tangkai daun salak dengan sebilah golok yang dipegang dan diletakan di bagian atas paha anak sambil berjalan.

Permainan ini dimainkan biasanya sesuai dengan lokasi dari tempat tinggal atau perkampungan anak-anak tersebut. Misalnya momoroan bisa dilakukan di hutan ketika berburu (moro) dan dilakukan sambil berjalan atau bergerak.

Kakapalan tina jantung cau


Kakapalan biasanya dilakukan oleh anak-anak disebuah tempat yang ada air mengalirnya atau bisa juga di sungai, lokasi permainan ini tidak terbatas asal ada air mengalir permainan ini bisa dilakukan.Caranya pelepah dari jantung cau di ambil, kemudian buat sedemikian rupa, bisa juga di ikat dengan menggunakan tali, atau perahu ini dibalapkan dengan pemain lainya hingga menentukan garis finis yang sudah ditentukan.

Permainan Empét-empétan Jarami

Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan. Umumnya, permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki mulai dari pemilihan bahan sampai dengan pembuatannya, sedangkan anak perempuan hanya ikut serta dalam membunyikan empet-empetan saja.

Permainan ini titik tekannya pada keterampilan serta kecermatan dalam memilih tangkai padi yang baik dari hamparan padi sawah yang ada. Kemudian akan dilanjutkan siapa yang lebih cepat dalam membuat terompet (empét) dan bisa berbunyi.

Setelah ini terompet yang terbuat dari jerami ini harua dimainkan, bisa secara kelompok (rampak empet) atau pun perorangan.

Permainan ini dapat dimainkan pada dua tempat, seperti:

  1. di pesawahan, biasanya permainan ini dilakukan di samping saung (pipir saung)
  2. disamping pos ronda atau pos kamling (pipir lembur) ataupun di rumah kosong.

Ukuran atau wilayah permainan tidak terbatas, jadi hanya tinggal mengikuti ukuran saung, atau pos kamling serta buruan lembur yang sudah tersedia. Yang jelas, diusahakan tidakembiat bising orang lain “ngagandengkeun

Empét-Empétan Kalari

Permainan ini bisa dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan. Permainan ini titik tekannya kepada permainan keterampilan dan kecermatan dalam memilih daun kelapa baik yang sudah dari pohonnya. Kemudian dilanjutkan dengan siapa yang lebih cepat dalam membuat terompet (empét) dan bisa berbunyi.

Setelah itu empét ini harus dimainkan secara kelompok (rampak empet) dan individu. Pada umumnya permainan ini biasanya hanya menjadi ajang untuk menunjukkan si pembuat dan pemainnya.

Permainan ini biasanya dilakukan di belakang rumah dan di halaman bahkan sering dilakukan di pos kamling atau saung yang ada perkampungan. Lokasi bermain inilah yang membedakannya dengan empét jerami diatas.

Permainan Sepak Cepeng


Permainan Sepak Cepeng umumnya dimainkan oleh anak laki-laki. Permainan ini titik tekankan pada permain keterampilan dan kecermatan. Permainan ini menggunakan bola yang terbuat dari daun kelapa, siapa yang paling lama memain-mainkan bola dan tidak jatuh ke tanah, maka itulah pemenangnya.Permainan ini polanya bisa beregu atau perorangan. Permainan ini biasanya di mainkan di halaman rumah yang cukup lapang.

Permainan Bedil Pecat

Permainan Bedil Pecat salah satu permainan yang biasa dimainkan oleh anak laki-laki. Permainan Bebedilan ini terbuat dari bambu, kira-kira panjangnya 40-50 cm, dibuat kemudian dibuat pendorongnya yang sama terbuat dari bambu juga.

Fungsi dari pendoronb ini untuk menekan peluru keluar dari ruas bambu. Para penembak boleh menembak dari batas leher sampai ke kaki. Pola permainannya bermacam-macam, misalnya:

1) Berdasarkan sasaran tembak: Maksudnya di sini yang dinilai berdasarkan dari ketepatan menembak sasaran.

2) Perang beregu: Maksudnya perang adu strategi, yang menang adalah regu yang paling duluan berhasil menembak semua musuh lawan.

Lokasi permainan ini memerlukan tempat yang agak luas. Biasanya ada juga yang marag (dari kampung sebelah menantang perang) sehingga area perang yang digunakan antar kampung sebelah tapi masing-masing regu disuit, tiap regu markasnya di kampung sebelah orang lain.

Permainan Papancuhan

Permainan ini biasanya dimainkan oleh laki-laki dan perempuan di wilayah pantai. Permainan papancuhan dilakukan secara beregu, bisa regu campuran atau kompetisi antara anak laki-laki dan perempuan.

Dulu, disaat laut sedang pasang anak-anak senang sekali bermain papancuhan ini. Sebelumnya mereka akan membuat “pucuh” yaitu batangan kayu sekitar 70 sampai 100 cm dan di ujungnya ada dibuat cagak yang fungsinya untuk duduk ketika air pasang menghampirinya.

Permainan ini biasanya dilakukan beregu. Teknik permainannya adalah siapa yang terlebih dahulu bisa menancapkan batangan kayu ke pasir di kala ombak sedang surut dan tim mana yang paling kuat (tidak roboh diterjang ombak) dialah pemenangnya, begitu seterusnya.

Permainan ini dimainkan di pesisir pantai yang datar dan tidak ada karangnya. Permainan ini dilakukan ketika air mulai pasang.

Karena permainan ini cukup berbahaya, sehingga antar regu pun harus agak berjauhan. Karena kalau batang kayu terhempas ombak bisa melukai pemain, sehingga biasanya ada tim medisnya dari masing-masing regu, tentunya peralatan medisnya hanya dari alam saja.

Terkait dengan konsep penanaman nilai karakter, pelestarian kaulinan barudak lembur di desa Sindangkerta sudah berjalan dengan konsep tersebut.

Baca juga: Permainan Oray Orayan, Lirik, dan Cara Bermain Beserta Manfaatnya

Penutup:

Kesimpulan, setiap permainan tradisional sunda sebenarnya memiliki nilai-nilai kehidupan tersendiri yang dapat diterapkan berdasarkan dari nilai silih asih, asah, dan asuh didalamnya. Nilai-nilai ini meliputi rasa kebersamaan terhadap teman, kepemimpinan, kejujuran, lapang dada, kesederhanaan, keberanian dan lain sebagainya.

Demikianlah artikel mengenai permainan kaulinan barudak Lembur baheula semoga dapat bermanfaat dalam menambah wawasan pengetahuan kita dalam mengenal beberapa permainan atau kaulinan anak-anak sunda dahulu.