10+ Terjemahan Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian

Sanghyang Siksa Kandang Karesian sendiri adalah sebuah teks sunda kuno yang isinya berisi bagian ajaran atau aturan tentang tata cara hidup arif berdasarkan darma. Isi dalam naskah ini bersifat ensiklopedis dan mencakup berbagai ilmu yang dapat dipelajari untuk kehidupan sehari-hari. Isi ajaran yang terdapat dalam isi naskah ini sebagian besar ditujukan kepada khalayak masyarakat umum, terutama tentang melakukan tugas rakyat (hulun) untuk kepentingan raja.

Di dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian terdapat keterangan dan ungkapan tentang 10 kesejahteraan (dasakreta), 10 pengabdian (dasa prebakti), 10 alat indra (panca indriya), nama-nama anggota keluarga, dan penjelasan tentang 5 kenyataan yang sedang berlangsung (panca tatagata).

Sejarah Sanghyang Siksa Kandang Karesian

Sanghyang Siksa Kandang Karesian

Teks Sanghyang Siksa Kandang Karesian merupakan salah satu dari beberapa teks Sunda kuno lainnya yang berbentuk prosa, seperti misalnya Tatwa Ajnyana, Sanghyang Sasana Maha Guru dan Tutur Bwana. Pada tahun 1987, Dana sasmita memperkirakan bahwa naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian ini ditulis selama pemerintahan Sri Baduga Maharaja, yang memerintah Pakuan Pajajaran dari tahun 1482 hingga 1521 M.

Sehubungan dengan keterangan yang ada di kolofon, Aditia Gunawan dan Arlo Griffiths (2014) berpendapat bahwa naskah ini merupakan karya Sunda kuno tertua yang memasukkan keterangan tahun.

Baca juga: Kedudukan dan Fungsi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Sunda

Dilihat dari makna yang terdapat pada naskah siksa kandang karesian ini, bisa dianggap sebagai bagian dari  prinsip hidup arif yang didasarkan pada 3 bagian utama darma yang membentuk ajaran moral yang menjelaskan sepuluh aturan (dasa kreta & dasa prebakti), tindakan hulun terhadap raja di dalam negara (karma ning hulun), dan  pelengkap perbuatan (pangimbuh ning twah).

Sepuluh Aturan Ajaran Moral yang Menjelaskan Dasa Kreta & Dasa Prebakti

Dasa kreta adalah sepuluh prinsip yang dianut oleh orang banyak pada masyarakat sunda buhun. Orang banyak ini adalah sumber dari sarana kesejahteraan (sasana kreta), yang memungkinkan orang dapat hidup lama, berhasil dalam peternakan, pertanian, dan selalu menang dalam perang. seperti yang terdapat pada teks naskahnya dibawah ini:

Ini sanghyang dasa kreta kundangeun urang réya. asing nu dék na(n) jeurkeun sasana kreta pakeuneun heubeul hirup, heubeul nyéwana, jadiyan kuras, jadiyan tahun, deugdeug ta(n)jeur jaya prang, nyéwana na urang réya.

Dasa kreta juga disebut sebagai cermin dari dasa sila, refleksi dari sanghyang dasa marga, dan manifestasi dari dasa indera (10 indra), yang bertugas menciptakan kesejahteraan di seluruh alam semesta. Telinga, mata, kulit, lidah, hidung , mulut, tangan, kaki, tumbung, dan kemaluan adalah kesepuluh indra yang dimaksud.

Dasa indra tersebut dapat membawa malapetaka, namun apabila digunakan dengan benar untuk menjaga dan memelihara indramaka akan mendapatkan kebaikan didalamnya. Jika kesepuluh pintu (nafsu) dari sepuluh indra tersebut dijaga, maka perbuatan orang itu sempurna.

Teks naskah:

“Anggeus kapahayu ma dora sapuluh, rampés twahna urang réya maka nguni twah sang dewa ratu.”

10 Dasa Indera yang Memiliki Aturan Berdasarkan Terjemahan Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian

Dasa Indera yang Memiliki Aturan Berdasarkan Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian

1) Telinga

Telinga jangan digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang tidak layak didengar, karena itu dapat menyebabkan bencana, serta dasar dari kenistaan neraka, itulah yang akan menyebabkan kita celaka. Namun, kita akan mendapat keuntungan dalam pendengaran jika telinga kita terpelihara.

Ceuli ulah barang déngé mo ma nu sieup didéngé kénana dora bancana, sangkan urang nemu mala na iunas papa naraka; héngan lamun kapahayu ma sinengguh utama ti pangreungeu.”

2) Mata

Mata janganlah digunakan apa pun untuk melihat hal-hal yang tidak layak dipandang, karena itu dapat menyebabkan bencana dan membuat kita celaka di dasar kenistaan neraka. Namun, kita akan mendapat keuntungan dalam penglihatan jika mata terpelihara.

Mata ulah barang deuleu mo ma nu sieup dideuleu kénana dora bancana, sangkan urang nemu mala na lunas papa naraka; héngan lamun kapahayu ma sinengguh utama ning deuleu.”

3) Kulit

Jika kulit kita terpelihara dengan baik kita akan mendapatkan keuntungan yang berasal dari kulit kita. Jadi tidak perlu terlalu khawatir tentang panas atau dingin, karena itu akan menjadi pintu bencana dan membuat kita celaka.

Kuril ulah dipaké gulanggaséhan, ku panas ku tiis, kénana dora bancana, sangkan nemu mala na iunas papa naraka; héngan lamunna kapahayu ma sinengguh utama bijilna ti kulit.

4) Lidah

Janganlah gunakan lidah kita untuk berbicara salah, karena itu akan membawa bencana dan membawa kita ke neraka. Namun, jika lidah kita dijaga, kita akan mendapatkan keuntungan dari lidah kita.

Létah ulah salah nu dirasakeun kénana dora bancana, sangkan urang nemu mala na lunas papa naraka; héngan lamunna kapahayu ma sinengguh utama bijilna ti létah.

5) Hidung

Jangan gunakan hidung untuk salah untuk mencium, karena itu akan menjadi pintu bencana dan membawa kita ke neraka. Namun, jika kita menjaga hidung kita, kita akan mendapatkan keuntungan dari hidung kita.

Irung ulah salah ambeu kénana dora bancana. sangkan urang nemu mala na lunas papa naraka; héngan lamun kapahayu ma sinengguh utama bijilna ti irung.

6) Mulut

Jangan pernah menggunakan mulut untuk berbicara salah dan menyakiti orang lain dengan cara apa pun, karena itu akan membawa bencana ke neraka. Namun, jika mulut kita dijaga, kita akan mendapatkan keutamaan.

Sungut ulah barang carék kénana dora bancana na lunas papa naraka; héngan lamun kapahayu ma sinengguh utama bijihna ti sungut.

7) Tangan

Jangan sembarang digunakan untuk mengambil sesuatu karena akan menjadi pintu bencana di dasar kenistaan neraka. Namun bila tangan terpelihara, maka kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari tangan.

Leungeun mulah barang cokot kénana dora bancana na lunas papa naraka; héngan lamunna kapahayu ma sinengguh utama bijilna ti leungeun.

8) Kaki

Jangan gunakan kaki kita untuk sembarangan melangkah, karena itu akan menjadi pintu bencana dan membuat kita celaka di dasar neraka. Namun, jika kita menjaga kaki kita, kita akan mendapatkan keutamaan dari kaki kita.

Suku ulah barang tincak kénana dora bancana na lunas papa naraka; héngan lamunna kapahayu ma sinengguh utama bijilna ti suku.

9) Tumbung

Tumbung adalah terjemahan kata yang dapat berarti lubang du6ur atau lub4n9 v4g1na, dan jangan digunakan untuk perbuatan yang tidak baik karena akan menjadi pintu bencana di dasar kenistaan neraka. Namun bila tumbung terpelihara, kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari tumbung.

Payu ulah dipaké keter kénana dora bancana na lunas papa naraka; héngan lamunna kapahayu ma sinengguh utama bijilna ti payu.

10) Baga Purusa

Baga Purusa jangan digunakan untuk berj!n4h karena akan menjadi pintu bencana dan menyebabkan penyabab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka. Namun, jika kita memelihara baga-purusa, kita akan mendapatkan keutamaan dari keduanya.

Baga purusa ulah dipaké kancoléh kénana dora bancana na lunas papa naraka; héngan lamunna kapahayu ma sinengguh utama dijilna ti baga lawan purusa.

Baca juga: Jampe Sunda Kuno, Jangjawokan Sima Aing Sima Maung

Nah, itulah beberapa contoh dari terjemahan aturan yang terdapat pada naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian, sebenarnya ada banyak aturan-aturan yang lainnya yang terdapat pada Teks dan Terjemahan dalam naskah ini, seperti yang sudah dijelaskan diawal misalnya tindakan terhadap raja di dalam negara dan pelengkap perbuatan.