Permainan anak atau kaulinan barudak sunda dalam kebudayaan tradisional merupakan salah satu bagian dari kearifan lokal masyarakat jawa barat yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya .Kaulinan barudak tidak hanya dimainkan oleh anak-anak sunda saja, akan tetapi sudah menjadi salah satu komoditas hiburan bagi orang dewasa.
Baca juga: Rupa-Rupa Permainan Kaulinan Barudak Lembur Baheula Untuk Pendidikaan Non-Formal
Keunikan Kaulinan Barudak
Beberapa kaulinan barudak sunda ini memiliki keunikan tersendiri yang khas didalamnya, yang menjadikannya berbeda dengan jenis-jenis permainan tradisional di daerah lainnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek berikut ini:
1. Kaulinan barudak lebih cenderung memanfaatkan fasilitas lingkungan tempat yang agak luas, sehingga ini memiliki nilai ekonomis dalam pelaksanaan hiburan.
2. Kaulinan barudak sunda memiliki nilai yang kolektif, hal ini bisa dilihat dari pelaksanaan permainan tersebut yang selalu melibatkan banyaknya orang untuk bermain.
3. Didalam permainan barudak sunda ada beberapa aspek yang menyimpan nilai yang luhur selain untuk hiburan juga untuk orientasi kreativitas motorik tanpa mempertimbangkan aturan-aturan yang terikat, serta nilai-nilai yang berhubungan dengan aspek sosial, reaksi, dan edukasi.
Selain itu, yang paling menarik adalah adanya penggunaan nyanyian-nyanyian dalam bahasa sunda atau kakawihan didalam beberapa permainannya. Inilah salah satu sisi lain dari bentuk kaulinan barudak sunda yang dapat membedakannya dengan jenis permainan lainnya, terutama yang ada di jaman sekarang seperti sekarang ini.
Persiapan Memulai Permainan
Sebelum memulai permainan, hampir setiap permainan anak-anak sunda akan dilakukan undian terlebih dahulu atau dalam budaya sunda disebut dengan hompimpah, gambreng, cingciripit, suitan dan sebagainya. Untuk menentukan urutan kelompok, menentukan siapa yang jadi (ucing) dalam suatu permainan, yang didalamnya terdapat kawih sunda singkat yang dinyanyikan oleh anak-anak dalam bahasa sunda.
Cingciripit
Anak-anak akan berkumpul dan membentuk lingkaran, kemudian salah satu diantara mereka membuka telapak tangan dan telunjuk anak-anak lainnya meletakan jari diatasnya sambil menyanyikan kawih, ketika kawih berakhir para calon pemain siap-siap mengangkat jarinya, karena jika tertangkap oleh si pemimpin permainan tersebut, dialah yang jadi atau dijadikan sebagai (ucing).
Kawih cingciripit
Cing Ciripit
Toke Jeng kadal
Duit saringgit
Di pake modal
jol pa dalang mawa wayang
jrek jrek nong
Versi Lainnya
Cing ciripit tulang bajing kacapit
Kacapit ku bulu paré
Bulu paré sesekeutna
Jol pa dalang mawa wayang
Jrék-jrék nong, Jrék-jrék nong.
Hompimpah
Hompimpah adalah salah satu nyanyian yang ada dalam permainan tradisional Sunda. Permainan banyak diadaptasi di berbagai wilayah Indonesia yang secara khusus ada pada masyarakat Sunda. Jenis nyanyian ini ada juga di budaya masyarakat Betawi dengan lirik hompimpa alaium gambreng, Mpok Ijah pake baju rombeng. Pada budaya sunda, hampir semua permainan diawali dengan hompimpah. Lagu hompimpah dinyanyikan bersama-sama oleh anak-anak yang hendak bermain.
Kemudian mereka akan melakukan gerakan dengan menggoyang-goyangkan tangan, ketika sampai pada bagian gambreng, setiap anak akan menyimpan tangan mereka. Ada yang memperlihatkan telapak tangannya dan ada pula yang memperlihatkan punggung tangannya. Tujuannya adalah untuk mencari anak yang berbeda, apabila masih belum didapatkan, mereka akan terus melakukan gambreng.
Permainan ini sering digunakan untuk mencari kelompok ataupun untuk mencari siapa yang akan menjaga (jadi) atau emeng ‘kucing’ ucing. Begitu seterusnya, permainan ini berlangsung sampai menghasilkan kelompok yang di-inginkan untuk selanjutnya digunakan dalam permainan yang lain. Dibawah ini adalah nyanyian yang dilantunkan pada saat permainan hompimpah berlangsung.
Hompimpah alaihum gambreng
mak ijah make baju rombeng..
Selain cingciripit dan hompimpah diatas masih banyak lagi yang lainnya seperti gambreng, suitan dan sebagainya yang biasa digunakan dalam menentukan siapa yang menjadi ucing, atau menentukan grup kelompok dalam suatu permainan.
Macam-Macam Nama dan Jenis Kaulinan Barudak Sunda
Menurut penelitian di Jawa Barat terdapat Kaulinan Urang Sunda sebanyak 360 jenis permainan tradisional anak-anak. Namun, permainan tersebut hanya 30% saja dimainkan, itu pun bukan dimainkan oleh anak-anak di pedesaan atau perkotaan di Jawa Barat secara langsung, namun oleh beberapa komunitas yang merasa bertanggung jawab atas kelangsungan traidisi permainan anak-anak Sunda.
Sebagai contoh, dibawah ini setidaknya ada 50 jenis lebih dari kaulinan barudak sunda baheula atau tradisional yang berasal dari Jawa Barat yang sering dimainkan tersebut. Berikut adalah daftarnya permainnya:
Baca juga: Permainan Oray Orayan, Lirik, dan Cara Bermain Beserta Manfaatnya
01) Ucing Sumput
02) Ucing Dua Lima
03) Ucing Beunang
04) Ucing Patung
05) Cing Go
06) Ucing Jidar
07) Ucing Kupu-Kupu
08) Ucing Monyet
09) Ucing Baledog
10) Ucing Beh
11) Ucing Bal
12) Ucing sirah
13) Ucing beling
14) Ucing Benteng
15) Ucing nongkrong
16) Sorodot Gaplok
17) Galaksin
18) Bancakan
19) Encuy (Cuy)
20) Dam-Daman
21) Jeblag Panto
22) Sepdur
23) Mama Pergi.. Papa Pergi
24) Donal Bebek
25) Dampuh
26) Sapiring Dua Piring, Samangkok Dua Mangkok
27) Ngo.. ongo.. ongo
28) A-B-C-D
29) Tete-mute
30) Huhunian
31) Sondah
32) Congklak
33) Oray-Orayan
34) Mi-mi-mi
35) Perepet Jengkol
36) Anjang-Anjangan
37) Bandule
38) Rerebononan/Baren
39) Engrang
40) Babandringan
41) Selop Kaleng, Selop Batok
42) Susumplitan
43) Ban-banan
44) Sasalimpetan
45) Dampuh
46) Bebeludugan
47) Bebeletokan
48) Mahkota daun nangka
49) Momobilan (Dodongkaran)
50) Jajalangkungan
Kaulinan Barudak Sunda Ucang-Ucang Anggé
Kaulinan ucang-ucang anggé merupakan permainan tradisional masyarakat Sunda yang memadukan unsur gerak dan nyanyian. Nyanyian dan gerak ini merupakan 2 unsur utama sehingga antara nyanyian dan gerakan tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam permainan. Kaulinan ucang-ucang anggelé salah satu jenis permainan yang biasanya dilakukan oleh orang tua dengan anaknya.
Baca juga: Fungsi Nyanyian Lagu Untuk Pembentukan Karakter Anak
Permainan ini sering dimainkan untuk mengisi waktu luang sambil mengasuh anak-anak. Adapun cara dari permainan ini adalah orang tua dalam permainan ini bertindak sebagai pengungkit dan si anak sebagai yang diungkit. Orang tua akan berbaring atau bisa juga duduk dengan mengangkat kedua kaki yang ditekuk pada lutut, posisi kaki dirapatkan, kemudian si anak akan duduk di kedua kaki orang tuanya.
Setelah si anak merasa nyaman dengan posisinya, orang tua kemudian akan mengayunkan anaknya naik-turun sambil menyanyikan lagu ucang-ucang anggé. Dalam permainan ini akan meningkatkan nilai kebersamaan sejak dini dari orang tua kepada anaknya. Orang tua hadir memberikan kasih sayang yang penuh kepada anak-anaknya semenjak dini.
Dalam konteks kultural, permainan ini tidak hanya berfungsi sebagai permainan saja, tetapi juga dapat berfungsi sebagai pola asuh dan dapat pula dijadikan sebagai muatan pendidikan kasih sayang dari orang tua kepada anaknya. Berikut ini adalah lirik nyanyian lagu dari permainan ucang-ucang anggé yang biasanya dinyanyikan para orang tua.
Ucang-ucang anggé
Mulung muncang ka paranggé
Digog-gog ku anjing gedé
Anjing gedé nu pa lebé
Ari gog, gog cungungung
Ari gog, gog cungungung
Maén Gambar
Jadi teringat jaman dulu, mau di rumah ataupun di sekolah saya suka sekali dengan main gambar seperti ini dengan teman-teman lainnya. Permainan gambar ini bermacam-macam seperti kiw-kiwan, main tepak gambar, main potong roti dan sebagainya. Dulu kartu gambar ini harganya ada yang murah dan ada juga yang mahal, yang agak mahal harganya sekitar 200 perak dan kartunya bagus, keras, belakanggnya bermotif dan sudah dipotong-potong juga dan dimasukan ke dalam plastik.
Satu susun atau (gepok) ada 36 kartu dan nomernya sudah berurutan, gambarnya beranéka macam ada yang gambar bunga-bunga, bintang, satria baja hitam, daraémon, sailormoon, dragonball dan lain sebagainya.
Selain itu, ada juga kartu yang murah, kalau dulu itu harganya hanya 50 perak atau gocap, kartunya semacam kertas yang terbuat dari kardus yang tipis dan belakangnya suka terdapat gambar rambu-rambu lalu lintas. Biasanya, jika bandar sudah kalah dibayarnya suka dengan mengganakan kartu ini.
Maén Ucing sumput
Kalau yang ini mah mungkin sudah banyak yang tahu yah? Jadi, yang menjadi kucing harus mencari temannya yang bersembunyi, jika ditemukan harus menyebutkan namanya dengan awalan “Hong”, misalnya: Hong Ika, Hong Sekar, Hong Wangi.
Ada beberapa versi dalam permainan ini, tergantung dari kesepakatan peserta ucing sumput. Misalnya ada juga namanya ucing kéréan nah, ini dia yang biasanya dimainkan oleh anak-anak yang lebih dewasa.
Maén Galasin
Permainan ini biasanya dimainkan di tempat yang agak luas, seperti dilapangan, penggilingan padi, dan rumah yang belum jadi. Kemudiam diberi batas kotak memanjang dan diberi garis-garis pembatas. Formasi galasinnya seperti gambar diatas, ada raja (paling depan), lapis dua (setelah raja), benteng posisi awal ada ditengah-tengah raja dan lapis dua, tapi posisi hadapnya berbeda, misal raja vertikal maka benteng horizontal.
Benteng mengurung lawan dan ruang geraknya pun bisa sampai ke garis belakang tapi tetap lurus. Jika salah seorang pemain sudah melewati raja, kemudian benteng, lapis dua sampai ke belakang tanpa tersentuh lawan, maka dia harus balik ke raja. Nah jika pemain berhasil melewati raja, dan teriak “Assssiiiin”, maka tim merekalah yang menang. Yay!!
Maén Ucing Bénténg
Permainan ini biasana dilakukan oleh dua tim anak laki-laki. Jumlah setiap tim harus sama, misal 10-10. Bentengnya bisa berupa bata, batu, ataupun sendal. Setiap anggota tim harus menginjak benteng tersebut. Biasana ada yang namanya “mancing”, jadi salah satu tim memancing tim lawan agar lawan mengejar anak tersebut, kemudian selanjutnya begitu akan dikejar kembali. Pokoknya seru sekali permainan ini, dan salah satu permainan favorit saya dulu.
Maén Babandringan
Bandring bahasa indonesianya ketapel. Permainan ini terbuat dari kayu, biasanya dibuat dari dahan jambu batu, terus dipasangi tali karet gelang dan di ikat bahan kulit atau bisa juga menggunakan bungkus permén di bagian ujungnya pada tempat untuk bagian lontarannya.
Kaulinan Selop Kaléng
Dua kaleng susu bekas, tengahnya dibuat lubang masing-masing dimasukan tali. Kemudian ujung tali di dibawah kaleng-kaleng tersebut di beri kayu untuk menahan di bagian lubangnya. Kaki menginjak masing-masing kaleng, kemudian benang ditarik, dan jalanlah kita di atas selop kaleng tersebut. Seru deh! Hihiii..
Kaulinan Bebeletokan
Mainan ini terbuat dari anak bambu, pasangannya adalah kayu yang dibuat sebagai penembak yang diraut halus. Pelurunya biasanya terbuat dari kertas basah yang dibulatkan. Kemudian kertas tersebut dimasukan ke dalam ujung bambu, kemudian ditekan dengan kayu penembak. Kemudian, dorr..! Kena deh..
Kaulinan Golek tina Dahan Sampeu
Dulu saya suka sekali membuat gogolékan dari bahan daun singkong seperti ini. Kepalanya terbuat dari daunnya, sedangkan dahannya digunakan sebagai bagian dari tangan-tangan dan kaki golék tersebut. Selain itu, dahan atau tangkai dari daun singkong juga dulu sering digunakan oleh anak-anak perempuan untuk mengeriting rambutnya. Lucu deh!
Ulin Bebeledugan
Oh iya, kalian pernah main bebeledugan seperti ini? Bahannya terbuat dari bambu (awi) yang dilubangi sedikit, dan kemudian di isi dengan minyak tanah atau bisa juga dimasukkan karbit kemudian diberi api. Suaranya pasti edan ngabeledug seperti meriam belina.. Hikhik!
Permainan Perang Gobang
Jadi ingat tetangga sebelah suka marah karena pagar bambunya suka hilang karena kami pakai main pedang. Dalam permainan ini bagusnya menggunakan jenis awi tali, karena liat susah patahnya jika diadukan dengan bambu lain.
Berbeda dengan awi gombong yang gampang patah. Nah, agar pedangnya semakin bagus lagi jangan lupa di hampelas dulu bambunya sampai licin dan halus, terus pelindung tangan dibagian gagang pedang biasanya suka menggunakan tutup sabun colek B-29 dan di ikat tali rapia. Wah geus gaya pisan lah! Kemudian pertarungan dilakukan dengan temannya yang menjadi lawan.
Kaulinan Dodokaran (Momobilan)
Momobilan dibuat sendiri dengan menggunakan bahan dasar kayu, di setiap ban-bannya menggunakan sendal jepit yang dibuat bulat, ada juga yang membuatnya menjadi sedemikian rupa bahkan hingga mirip seperti ban radial. Ajib!
Setelah selesai dibuat, kemudian dodongkaran tersebut akan dibawa keliling kampung oleh anak-anak (bararudak). Kadang, di malam hari juga sering dilakukan jalan-jalan dengan menggunakan hiasan lampu kecil menggunakan batrai atau menggunakan lilin yang diikat di salah satu bagian rangkanya.
Ulin Ban-Banan (Gégéréléngan)
Gégéréléngan di buat dari ban sapedah atau ban motor yang sudah tidak terpakai, kemudian di Di putar (di gorolongkeun) menggunakan dua buah kayu agar dapat maju sambil berlari. Dulu susah sekali ketika akan membelokan si ban ini. 😀
Permainan Gatrik
Permainan ini khusus dimainkan oleh barudak laki-laki. Permainan ini dimainkan secara berkelompok dengan mengunakan sepasang bambu, satu panjang dan satunya lagi pendek. Dengan gerakan tertentu bambu yang pendek kemudian dilontarkan oleh bambu yang panjang. Jika berhasil ditangkap oleh regu penjaga, permainan selesai.
Namun jika tidak, maka bambu tersebut harus dilempakakan kembali sampai mengenai kayu satunya yang panjang yang dipasang di atas batu sebagai landasannya. Permainan ini bermacam-macam ada permainan duitan, dan juga gendongan (gandongan).
Kaulinan Pérépét Jengkol
Permainan ini biasanya dimainkan oleh para anak perempuan. Beberapa anak akan menautkan salah satu kaki mereka satu sama lain, kemudian melakukan gerakan berputar sambil menyanyikan kakawihan. “Sasalimpetan.. Jajahé aya nu panjang.. euy, euy.” Permainan akan selesai jika tautan kaki mereka itu salah satunya terlepas, kemudian anak-anak yang lain bergiliran untuk memainkannya kembali.
Kaulinan Maén Dampuh
Kaulinan maén dampuh dulu menjadi salah satu permainan favorit bagi anak laki-laki sunda. Permainan ini dimainkan menggunakan media batu dan dimainkan secara perkelompok atau per-grup di tempat-tempat yang luas. Batu kuburan adalah favorit karena selain kuat juga sangat kokoh (katanya). Tak jarang batu lawan pun bisa terbelah dua, bahkan hancur ketika di lempar.
Permainan ini sangat mengasah insting, keberanian dan konsentrasi karena kita harus benar-benar fokus didalamnya, dan biasanya yang tidak jago-jago amat mah jarang di ajak. Permainan akan selesai ketika setiap batu yang berdiri berhasil dirobohkan lawan.
Catatan:
Tidak semua jenis permain sunda yang dapat dituliskan secara terperinci karena jumlahnya yang sangat banyak, diatas hanya beberapa contoh dan sebagian kecil saja dari kaulinan barudak yang dapat dituliskan disini.
Fungsi dan Manfaat Kaulinan Barudak\
Didalam Kaulinan Barudak Sunda didalamnya terkandung beberapa hal yang positif dilihat dari fungsi dan manfaatnya, seperti misalnya untuk pemupukan nilai kebersamaan antar sesama temannya, kreativitas, dan kecintaan terhadap alam dan yang ada dilingkungannya.
Ada beberapa manfaat yang dapat mendorong berbagai aspek pada perkembangan anak dari mulai usia dini hingga usia remaja melalui permainan tradisional atau kaulinan barudak sunda tersebut, diantaranya adalah:
1. Aspek motorik dengan melatih daya tahan tubuh, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar, dan motorik halus.
2. Aspek kognitif yaitu dapat mengembangkan imajinasi, kreativitas, strategi, kemampuan antisipatif, dan juga pemahaman kontekstual.
3. Aspek sosial dengan mengkondisikan anak agar dapat menjalin relasi, bekerja sama dengan temannya, melatih kematangan sosial dengan teman sebaya mereka dan meletakan pondasi untuk melatih ketrampilan sosialisasi dengan berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa dan masyarakat secara umum.
4. Aspek nilai dan moral dengan memberikan fasilitas anak untuk dapat menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan oleh generasi terdahulunya kepada generasi selanjutnya melalui sebuah permainan.
Yang tak kalah pentingnya adalah fungsi ilmu yang mendidik seorang anak juga orang dewasa untuk menjadi orang yang berjiwa sportif. Fungsi yang lainnya adalah sebagai media belajar, hal ini penting terutama bagi anak-anak.
Seperti dalam kaulinan atau permainan pertandingan yang bersifat keterampilan fisik misalnya, berfungsi untuk mengembangkan kecekatan pada gerakan otot-otot para pemain itu sendiri. Permainan pertanding yang bersifat siasat berfungsi untuk mengembangkan daya berpikir.
Dari semua kedua fungsi-fungsi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa permainan pertandingan yang bersifat siasat ataupun keterampilan dalam permainan barudak sunda ini untuk menyiapkan anak-anak agar nantinya dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat orang dewasa.
Secara keseluruhan, di daérah Jawa Barat sendiri kaulinan burudak sunda ini sudah mulai menghilang dan bahkan tidak dikenal lagi oleh anak-anak jaman sekarang ini terutama yang tinggal diperkotaan!
Untuk itu kita perlu mengenalkan kepada mereka karena fungsi dari permainan ini sangat besar sekali manfaatnya terhadap perkembangan diri mereka, dan tentu saja agar kaulinan barudak atau permainan anak tradisional yang sudah ada sejak dulu ini bisa tetap lestari dan eksis nantinya.