Atap atau suhunan yang terdapat pada rumah memiliki peranan yang sangat penting bagi penghuni yang tinggal di dalamnya, tak terkecuali pada rumah adat atau imah panggung di masyarakat Sunda seperti layaknya di kampung naga ini.
Pepatah sunda pernah mengatakan bahwa “Mun imah euweuh suhunan, ibarat jelema nu euweuh huluan” artinya adalah apabila rumah tidak memiliki atap, bagaikan seperti orang yang tidak memiliki kepala. Idih, ngeri bukan?
Dari sini, suhunan atau atap memiliki peranan yang sangat penting bagi rumah, tidak terkecuali pada imah panggung masyarakat Sunda, susunan tidak hanya berfungsi sebagai pelindung akan tetapi dipercayai sebagai lambang layaknya kepala manusia tersebut.
Atap atau suhunan dipandang oleh masyarakat sunda sebagai bagian rumah yang sangat terhormat atau penting kedudukannya, karena memiliki tingkatan yang tinggi sebagai simbol alam semesta. Di Kampung Naga sendiri hal semacam ini disebut sebagai Ambu Luhur.
Rumah panggung adalah pilihan yang tidak dapat di tawar lagi!
Ada keunikan dari rumah adat kampung naga yaitu bahwa masyarakat di kampung tersebut beranggapan bahwa “Imah panggung” merupakan sebagai pilihan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, karena sudah menjadi ketentuan atau keturunan dari para leluhurnya (kolot baheula).
Di Kampung Naga endiri ketentuan ini dinamakan dengan sebutan “uga“, yang memiliki makna layaknya seperti larangan, pantangan atau kapamalian, adat ini konon sudah dipesankan dari para leluhur, sehingga apabila dilanggar dapat berakibat fatal, oleh karena itulah sekarang maupun nanti bahkan mungkin selamanya, rumah adat mereka berbentuk panggung.
Jenis Atap atau Suhunan Rumah Adat di Kampung Naga
Suhunan atau atap rumah kampung naga yang masih dipergunakan oleh masyarakatnya ini menggunakan jenis atap sulah nyanda, di kampung naga hanya ada satu jenis atap ini yang digunakan. Karakteritik dari suhunan ini seperti layaknya suhunan jolopong, perbedaannya hanya terdapat penambahan “sorondoy” atau “tirisan” yang lebih luas di depannya sehingga terlihat lebih leluasa.
Rumah Adat Kampung Naga
Dari bagian depan, rumah ini terlihat lebih lebar didepannya ada berupa tepas atau teras yang sering digunakan oleh masyarakat untuk duduk maupun untuk bersantai. Di kampung naga, hampir setiap bangunan rumah menggunakan jenis atap sulah nyalanda seperti bangunan balai adat, maupun bangunan mesjid.
Di kampung tradisional di jawa barat lainnya juga masih banyak suhunan hasil dari pengembangan atap rumah jenis jolopong ini misalnya julang ngapak, sulah nyanda, jangga wirangga, badak heuay, tagog anjing dan lain sebagainya. Jenis atap ini, hingga sekarang masih dipergunakan oleh masyarakat terutama yang ada di kampung tradisional.
Bacajuga: √ Rumah Adat Sunda di Jawa Barat Keunikan, Gambar, dan Sketsa
Jenis atap (Suhunan) Khas Rumah Panggung Sunda
Masyarakat Sunda mengenal banyak bentuk suhunan atau atap rumah dengan nama-nama yang unik di antaranya seperti jolopong, sontog jingga wirangga, sulah nyanda, julang Ngapak, Tagog anjing, capit gunting atau hurang, Parahu kumureb, buka Palayu, dan badak heuay.
Jenis-jenis atap tersebut pada umumnya merupakan pengembangan dari bentuk suhunan jolopong, masyarakat Sunda memberikan nama-nama tersebut sebagai personifikasi dari perilaku manusia, binatang, atau benda lainnya, seperti penjelasan dibawah ini.
Suhunan Jolopong
Bentuk atap jolopong diberi nama demikian karena bentuk atap ini mirip seperti posisi orang yang sedang tertidur terlentang atau membujur (ngajolopong)
Suhunan Sulah Nyanda
Atap rumah sulah nyanda diambil karena jenis atap ini mirip seperti posisi ibu hamil yang sedang duduk, yang sedang duduk bersandar (nyalanda)
Suhunan Julang Ngapak
Julang Ngapak dinamakan demikian karena bentuk suhunan atau atap ini mirip seperti sikap brung yang sedang terbang dan mengepakkan sayapnya (ngapak)
Suhunan Tagog Anjing
Nama suhunan tagog anjing diambil karena bentuknya menyerupai binatang anjing yang sedang duduk (nagog)
Suhunan Badak Heuay
Badak heuay nama ini diambil karena bentuk suhunan ini mirip seperti badak yang sedang menguap atau dalam bahasa sunda heuay.
Suhunan Kumureb
Parahu kumureb diambil karena mirip seperti perahu yang sedang terbalik atau kumureb
Dan begitu pula dengan nama-nama suhunan atau atap pada rumah adat sunda yang lainnya seperti Suhunan Sontog Atap jenis sontog seperti layaknya jenis celana yang panjangnya melebihi lutut (sontog), Suhunan Capit Gunting/Hurang Capit gunting jenis atap ini menyerupai gunting yang sedang menyangga atau sedang menyapit dari tangan udang (hurang), dan sebagainya.