Mengenal Secara Singkat Aksara Hanacaraka Jawa dan Sunda

Hanacarakaan adalah abjad jawa yang berasal dari huruf Dewa Nagari, India, Abjad jawa hanacarakan ini terdiri dari dua puluh huruf yakni ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, nya, ma, ga, ba, tha, nga.

Aksara hanacarakan

Dalam pengembangan penulisan aksara hanacarakan juga mengenal aksara Murda yakni huruf kapital, aksara swara huruf vokal, dan aksara rekaan yakni huruf yang khusus untuk penulisan huruf asing seperti kha, fa, dan sebagainya.

Berdasarkan sumber yang pernah ditulis di banten, huruf hanacaraka ini sebenarnya tidak dapat digunakan dalam menulis teks dalam sastra bahasa jawa, akan tetapi hanya untuk teks lain seperti misalnya untuk dokumen, arsip beserta surat dalam bahasa melayu.

Baca juga: Sejarah Aksara Sunda Kaganga atau Aksara Sunda Baku

Dalam sejarahnya sendiri, penulisan aksara hanacaraka yang pernah digunakan dan dituliskan ditemukan dalam teks bahasa melayu antara lain yakni dalam surat yang dikirimkan oleh Pangeran Aria Hupapatih kepada Jan Pieterzoon Coen yang pernah ditulis pada tahun 1619.

Surat yang berukuran 19×15,5 cm itu kini tersimpan rapih di Akgemeen Rijks Archief (ARA) denhaag, Belanda. Tebal naskah tersebut terdiri dari satu lembar, dengan jumlah enam baris perhalaman, dengan menggunakan bahan kertas dari eropa.

Dalam isi surat tersebut ditulis menggunakan aksara hanacaraka, isinya berupa peringatan terhadap kompeni apabila hendak berdagang di daerah banten harus membuat kesepakatan terlebih dahulu, agar adil dan tidak ada yang dikecewakan, berikut di bawah ini adalah kutipan teksnya.

Surat yang dikirimkan Aria Hupapatih kepada Jan Pieterzoon Coen, tahun 1619

contoh dalam penggunaan aksara hanacaraka dalam bahasa melayu dan juga jawa

Untuk penggunaan aksara hanacaraka dari sumber tulisan yang pernah ada di banten dengan menggunakan teks yang berbahasa jawa, sebenarnya sangat banyak sekali. Contoh lainnya lagi seperti dari surat Kyai Dinda Supati yang pernah ditulis pada sekitar tahun 1642 yang berisi tentang kontrak perjanjian pengiriman barang.

Contoh penggunaan aksara hanacaraka dari sumber tulisan yang ada di banten

Meskipun Aksara Hanacarakan ini digunakan dalam berbagai teks berbahasa Jawa, akan tetapi beberapa daerah lain yang ada di sekitar wilayah Jawa juga seperti sunda dan bali menggunakan aksara tersebut namun dengan sedikit perbedaan.

Di Jawa, Aksara Hanacarakan ini lebih dikenal sebagai Hanacaraka atau Carakan, sedangkan aksara hanacarakan dalam Bahasa Sunda juga disebut dengan cacarikan. Penulisan aksara hanacarakan dimulai dari kiri sampai kekanan, dalam setiap isi hurufnya menggunakan huruf vokal ‘a’.

Baca juga: 50 Kaligrafi Aksara Sunda Cantik, Karya Siswi Pilihan!

Jadi, Hanacaraka pada dasarnya adalah sebutan untuk aksara yang diterapkan di daerah Jawa dan juga sekitarnya. Namun, meskipun demikian aksara hanacarakan ini juga digunakan di bali dan sunda.

Antara Aksara Hanacarakan Sunda Dan Jawa

Seperti kita tahu, penggunaan aksara sunda bukan hanya aksara hanacarakan saja, akan tetapi setidaknya terdapat 6 jenis aksara yang pernah digunakan pada jaman dulu. Namun, saat ini sesuai peraturan daerah (Perda) provinsi Jawa Barat, nomor 6 tahun 1996 tentang pelestarian dan perkembangan bahasa, aksara sunda kini dikenal dengan nama Aksara Sunda Kangaga Atau Aksara Sunda Baku.

Walaupun antara penggunaan bahasa Hanacarakan Jawa dan sunda memiliki sejumlah perbedaan, akan tetapi aksara sunda modern dan aksara jawa modern juga sebenarnya masih memiliki satu kesamaan, karena kedua-duanya memililki keturunan bahasa yang sama yakni bahasa aksara Kawi  hanya saja, keduanya tidak memiliki hubungan yang secara langsung.