Sejarah aksara Sunda – Suku Sunda menjadi salah satu suku bangsa di indonesia yang memiliki berbagai macam budaya, salah satunya dalam penggunaan aksara. Sebelum mengenal aksara latin seperti sekarang ini, masyarakat Sunda sudah memilih aksaranya tersendiri sebagai berkomunikasi melalui tulisan, yakni dengan menggunakan aksara Sunda. Hal ini dapat diketahui dari beberapa macam hasil tradisi penulisan yang dilakukan oleh masyarakat Sunda itu sendiri sebelum abad ke-17 Masehi.
Baca juga: 50 Kaligrafi Aksara Sunda Cantik, Karya Siswi Pilihan!
Pengertian Aksara Sunda?
Aksara Sunda dibentuk dari dua kata yaitu “Aksara” dan “Sunda“. Pengertian dari kata “aksara” sendiri yakni sistem tanda grafis tertentu yang digunakan oleh manusia dalam berkomunikasi yang sedikit banyaknya mewakili ucapan. Sedangkan kata “Sunda” itu memiliki beberapa pengertian tersendiri.
Diantaranya dari bahasa Kawi, Sunda itu memiliki arti pangkat, air, dan waspada, sedangkan menurut bahasa sansekerta Sunda itu memiliki arti sinar, terang, dan ada pula yang mengartikan bahwa kata Sunda itu memiliki arti manusia pribumi dari Jawa Barat.
Jadi, jika disimpulkan “aksara Sunda” adalah merupakan sistem tanda grafis tertentu yang digunakan oleh masyarakat pribumi di Jawa Barat (suku sunda) dalam alat berkomunikasi dan menjadi salah satu dari ciri budaya di masyarakat Sunda itu sendiri.
Sejarah Penggunaan Aksara Sunda di Jawa Barat
Dilihat dari sejarahnya, masyarakat Sunda sendiri pernah menggunakan beberapa aksara dalam tradisi penulisannya, hal ini menunjukkan bahwa sudah lama masyarakat Sunda termasuk kelompok masyarakat yang ber-aksara. Berdasarkan dari data sejarah, diketahui di Jawa Barat sendiri telah digunakan 7 jenis aksara diantaranya yaitu aksara pallawa, pranagari, Sunda kuno, carakan jawa, Arab Pegon, cacarakan dan latin.
Baca juga: Sejarah Aksara Sunda Kaganga atau Aksara Sunda Baku
Salah satu aksara yang dijadikan sebagai salah satu identitas keberadaannya budaya Sunda sekarang yaitu aksara Sunda. aksara Sunda sendiri merupakan aksara dari Hasil kreativitas serta kearifan lokal di masyarakat Sunda yang mendapat pengaruh dari aksara Pallawa India. Meskipun demikian, dalam aksara Sunda bentuknya telah mengalami pelokalan yang menandakan kekhasan dari karakteristik serta kearifan lokal di masyarakat Sunda.
Hal ini dapat dilihat dari peninggalan yang ditemukan pada tradisi penulisan dari abad ke-8 sampai dengan abad-16 Masehi, yaitu penulisan yang digunakan pada prasasti Kawali di Ciamis, piagam Kebantenan di Bekasi, dan prasasti Batu Tulis di Bogor.
Selain ditemukan dari Prasasti dan Piagam, Penggunaan Aksara Sunda dapat ditemukan dalam naskah-naskah Sunda kuno. Aksara Sunda yang digunakan pada prasasti piagam maupun naskah-naskah Sunda dulu disebut dengan aksara Sunda kuno, dan aksara Sunda kuno sendiri menjadi awal mula pembentukan aksara Sunda standar atau yang sekarang biasa kita sebut sebagai aksara Sunda ka-ga-nga.
Sejarah aksara Sunda mengalami perjalanan yang sangat panjang dan keberadaannya pun sempat menghilang selama beberapa abad. Namun berkat hasil dari pengajian para ahli serta Pemerintah provinsi Jawa Barat, di tahun 199 dikeluarkanlah surat keputusan dengan nomor 434/SK.614-Dis.PK/99 tentang pembakuan aksara Sunda.
Isinya antara lain mengenai penetapan dalam aksara Sunda kuno sebagai aksara sunda yang hatus disebarluaskan pemakaiannya serta dipelihara oleh masyarakat sunda khususnya di Jawa Barat. Sehingga Sejak saat itu pula aksara daerah yang dibakukan di Jawa Barat adalah aksara Sunda kuno.
Pada tahun 2008, aksara Sunda sudah mengalami standarisasi serta modifikasi yang mutakhir, aksara sunda standar tersebut sudah didaftarkan pada konsorsium internasional unicode, sehingga pada saat ini sudah memiliki ruang karakter khusus pada tabel sistem komputerisasi aksara di dunia. Beberapa perubahan telah dilakukan pada Aksara Sunda kuno oleh tim standarisasi aksara Sunda. Oleh karena itu, Meskipun tidak banyak, sekarang ini kita dapat melihat bahwa bentuk aksara Sunda standar saat ini berbeda dengan aksara Sunda kuno.
Sejarah Tata Tulis Aksara Sunda
Berdasarkan dari bentuk tata tulisnya, aksara Sunda standar memiliki jumlah 30 aksara yang di dalamnya mencakup 7 aksara, yakni “Swara” atau vokal mandiri, dan 23 lagi aksara “Ngalagena” atau konsonan. Aksara Swara dan ngalagena keduanya dapat menempati posisi posisi awal, tengah, dan akhir pada suatu kata. Aksara ngalagena juga memiliki sifat logo silabik, yang artinya tulisan tersebut dapat mewakili suatu kata atau suku kata.
Baca juga: Aplikasi Translate Aksara Sunda Android, Keyboard Copy Paste!
Pada urutan abjad ngalagena, mula-mula awalnya hanya memiliki jumlah 18, yaitu ka, ga, nga, ca, ja, nya, ta, da, na, pa, ba, ma, ya, ra, la, wa, sa, ha. Namun seiring berjalannya waktu, penambahan dalam aksara ngalagena juga disesuaikan dengan konsonan pada bahasa Indonesia yaitu fa, qa, va, xa, za dan ditambah lagi dengan 7 aksara swara yaitu a, é, i, u, e, o, eu.
Oleh karena itu, jumlah aksara ngalagena ini berjumlah 23 aksara, selain itu juga lambang bilangan yang merupakan angka-angka dasar yang memiliki nilai 0 sampai dengan 9. Nah, mungkin itu saja mengenai sejarah dalam penggunan aksara sunda beserta dalam tata tulisnya, semoga dapat bermanfaat.